Begitu Lama Aku Menelisik
begitu lama aku menelisik jejakmu
menyeret beban yang mendera kalbu
dan kerinduan itu, kerinduan itu tak bertepi
berumah di angin, bersarang di cakrawala sunyi
kini kukejar bayanganmu di senjakala
dalam gelisah membuncah
dalam cemas yang mengertap
dan berharap segera tiba
di kelindapan malam yang tak terusik waktu
di kerimbunan kenang yang membunuh rindu
lagu itu, Ita, lagu itu mengalun jauh dan makin jauh
dalam diam, ombak mendebur
dalam angin yang berkesiur
kutitipkan kangenku yang ngungun.
Semarang, 30 Desember 2002
Pengin Kutulis Sajak buatmu
Ita, pengin kutulis seribu sajak buatmu
sajak yang kuuntai dari segala harapan
untuk membasuh luka, entah apa
yang nganga di dasar hatimu
jadi nanah membarah
menggerogoti batinmu
jalan masih panjang, Ita, masih panjang
dan hari-hari menjelang
bukan tanpa aral melintang
tetapi tak mungkinkah
kita bergandeng tangan?
atau, sekalian mengasah parang
dan menyatakan perang!
ayo, Ita, ayo
kita babat alang-alang di padang
kita petak ladang masa depan
sebelum matahari tenggelam
sebelum malam datang
saat kita bisa istirah
sembari berdendang
tentang cinta
tentang tuhan
dan di semarang, di semarang
kangenku senantiasa mendemam.
Seperti Itulah Cintaku
seperti air
cintaku terus mengalir
menuju muara
menuju samudra.
seperti angin
cintaku terus berembus
tak teraba
tapi terasa.
air terus mengalir
angin terus berembus
seperti itulah cintaku.
kepada siapa kangen air mencari samudra
kepada siapa kangen angin terus mendera
: kamulah itu sarang segala cinta.
Tentang Cinta dan Perkawinan
: Ita
seperti angin
embusannya terasa
tapi tak teraba
seperti air
terus mengalir
mencari dan menemu muara
seperti angin
terus berembus
seperti air
terus mengalir
begitulah cinta kita bukan?
dan perkawinan?
perkawinan bukan akhir perjalanan
yang kita impikan
bukan
perkawinan seperti bahtera
yang mesti kita kemudikan
mengatasi gelombang, menyibak ombak
membuang sauh di pelabuhan
memunggah dan membongkar muatan
lalu kembali mengembangkan layar
perkawinan adalah perjalanan panjang
teramat panjang
yang tak kalis dari pertengkaran
tak sepi dari kericuhan
tapi kita tak pernah kehilangan kesempatan
untuk terus berbagi kegembiraan bukan?
juga kesediaan membangun kisah baru
bersama, berdua, sebagaimana adanya
sebagaimana mestinya
seperti angin terus berembus
seperti air terus mengalir
begitulah cinta kita
dan perkawinan adalah pintu
yang selalu membuka bagi kita
agar bisa pulang dan menyadari
betapa hidup sungguh bermakna
seperti angin
seperti air
itulah cinta kita
terus berembus
terus mengalir
menuju muara.
Gebyog, 15 Agustus 2009
Gambar: previews.123rf.com

Berdiri sejak tahun 2016. Kalamkopi.id adalah media kolektif untuk segala macam penulis dan pembaca.